Kamis, 30 Oktober 2014

fakultas teknik universitas borneo tarakan, angkatan 012 (KBM FT UBT)



Amelia Sasi Kirana


namanya amelia sasi kirana biasa di panggil whanda,, umur 5 tahun lahir di balikpapan, 27-09-2009..
dia nda bisa diam terlalu lintah, pintar bergaya kalau sudah berfoto,,
dia tidak lain adalah adik saya,,:-*

Rabu, 29 Oktober 2014

rekayasa geologi

REKAYASA GEOLOGI
EROSI DAN PELAPUKAN



DI SUSUN OLEH    :
JUMAYDAH (12301010038)
LUTHFI ABDILLAH (12301010039)
MUHAMMAD HIRID (12301010040)
NANI RAHMAWATI (12301010041)
NORIANTUS (12301010042)
SAKINAH (12301010043)
SUSILAWATI (12301010044)
AFLINA (12301010045)


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2013/2014

EROSI DAN PELAPUKAN
1.    Pengertian Pelapukan
Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa:
1.    Sinar matahari
2.    Air
3.    Gletser
4.    reaksi kimiawi
5.    kegiatan makhluk hidup (organisme)
Sedangkan Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
1.    Pelapukan Fisik
Pelapukan fisik (disintegrasi) merupakan proses  mekanik yang menyebabkan bebatuan massif pecah-hancur terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan kimiawi sama sekali. Proses ini sangat dominan pada kondisi suhu rendah seperti di kutub atau pada kondisi suhu tinggi di padang pasir. Proses pelapukan fisik terutama dipicu oleh perubahan suhu secara drsatis dan oleh hantaman air hujan, selain dapat dipicu oleh penetrasi akar dan aktivitas makhluk hidup lainnya.
Bebatuan yang tersusun oleh berbagai mineral yang beraneka sifat fisik dan kimawi apabila tiba-tiba terpapar oleh perubahan suhu drastis, akan terjadi kontraksi dan ekspansi antarfraksi penyusunnya, sehingga timbul retakan-retakan yang kemudian memicu pecah hancurnya bebatuan ini. Kecepatan proses ini tergantung pada kondisi fisik bebatuan. Bebatuan berpermukaan kasar lebih cepat ketimbang yang halus, bebatuan berwarna gelap lebih banyak menyerap panas sehingga lebih cepat ketimbang yang berwarna terang.





Contoh pelapukan fisik


Penyebab terjadinya pelapukan fisik yaitu:
1.    Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atauberiklim Gurun, di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
2.    Adapun pembekuan air di dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.



3.    Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.
4.    Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.







5.    Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.


Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut.
Proses pelapukan dan erosi menghasilkan materi yang bisa terangkut oleh aliran air maupun kekuatan angin. Material tersebut dapat berupa pasir, lumpur, maupun tanah. Nah, materi yang terangkut tersebut akan mengendap di suatu tempat sesuai dengan karakteristik media pengangkutnya. Apabila aliran air deras, ataupun kekuatan angin sangat kencang, maka materi akan terendapkan di tempat yang jauh dari tempat asal terjadinya erosi maupun pelapukan. Pengendapan berlangsung secara bertahap sehingga membentuk sedimen yang berlapis-lapis. Proses seperti inilah yang turut membentuk muka Bumi. Tahukah kamu bentang alam apa yang terbentuk dari proses sedimentasi?
1)    Delta
Delta terbentuk di muara sungai, yaitu tempat pertemuan sungai dengan laut. Pada saat aliran sungai mendekati laut, arusnya melemah karena adanya pengaruh gelombang laut, sehingga material yang dibawa aliran sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta.
2)    Kipas Aluvial
Kenampakan ini terbentuk di kaki gunung. Pada tempat ini terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga energi pengangkut (air) melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan. Materi yang terendapkan merupakan aluvium halus. Umumnya terbentuk di antara lembah curam dan sempit.
3)    Tanggul Alam
Tanggul alam terbentuk pada waktu terjadi banjir, akibatnya material-material dari air sungai meluap di kanan kiri sungai. Ketika banjir mereda, material tersebut terendapkan di kanan kiri sungai dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.
4)    Dataran Banjir
Dataran banjir merupakan dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari material hasil pengendapan banjir aliran sungai. Pada saat banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terbentuk dataran banjir.
5) Meander
Meander adalah salah satu bentuk sungai yang khas. Sungai dengan kelokan yang terbentuk dari adanya pengendapan. Meskipun sungai ini banyak terdapat di bagian tengah suatu DAS, bahkan mendekati hilir, tetapi proses pembentukannya dimulai di bagian hulu. Volume air di bagian hulu yang kecil mengakibatkan tenaga yang terbentuk pun kecil. Oleh karenanya sungai akan mencari rute yang paling mudah, yaitu materi batuan yang tidak resistan. Di bagian tengah, aliran air mulai melambat karena relief yang datar. Di sinilah pembentukan meander mulai nyata. Proses meander terjadi di tepi sungai baik bagian dalam maupun luar lekukan sungai. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, di bagian lain dari tepi sungai yang alirannya lamban akan terjadi pengendapan. Meander terbentuk dari proses ini yang berlangsung secara terus-menerus.
6) Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)
Oxbow lake terbentuk akibat proses sedimentasi yang terjadi pada lekukan sisa sungai meander. Material sedimen yang terangkut oleh aliran sungai diendapkan pada bagian luar cekungan sungai. Proses ini jika berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama, mengakibatkan material sedimen akan memotong alur sungai sehingga alur sungai berubah menjadi lurus. Sementara itu, cekungan alur sungai yang terpotong membentuk genangan air menjadi danau.
7) Tombolo dan Spit
Tombolo dan spit merupakan kenampakan alam hasil proses sedimentasi di pantai. Tombolo adalah endapan material sedimen yang menghubungkan daratan dengan pulau kecil, sedangkan spit merupakan endapan material sedimen laut di bagian ujung tanjung. Di Indonesia kenampakan tombolo dan tanjung dapat dijumpai di Pulau Bali. Wilayah sempit Jimbaran merupakan tombolo yang menghubungkan Pulau Bali dengan pulau kecil di bagian selatan.
8) Gumuk Pasir
Gumuk pasir merupakan bentang alam hasil pengendapan oleh angin. Bentang alam ini dapat terbentuk di pantai maupun di gurun. Terbentuk karena adanya akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat sehingga pasir terangkut dan kemudian terendapkan membentuk gumuk pasir. Bentang alam semacam ini dapat kamu temukan ketika kamu mengunjungi Pantai Parangtritis di Yogyakarta.



2.    Pengertian Erosi
    Setelah permukaan batuan terlapuk dan jika ada aliran tenaga yang kuat akan membawa material hasil pelapukan ini. Proses ini disebut erosi. Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin dan/atau es.
    Erosi juga dapat didefenisikan sebagai  peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup misal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Jenis-Jenis Erosi
    Berdasarkan tenaga pengikis, erosi dibedakan menjadi empat, antara lain :
1.    Ablasi (Pengikisan oleh air)
Umum terjadi di wilayah iklim tropik (yang curah hujan sangat tinggi).
Bentuk-bentuk ABLASI, antara lain :
a.  Erosi Percik (splash erosion)
Erosi ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh teteshujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan.

b.  Erosi Lembar (sheet erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi aliran




c. Erosi Alur (rill erosion)   
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah.

d. Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm.

e. Erosi Mudik (headward erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah parit diperpanjang ke hulu.

f. Erosi vertikal (erosi internal atau subsurface erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam.

g. Erosi lateral
Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan meandering.

2. Deflasi atau Korasi
Proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin disebut Deflasi atau Korasi. Erosi oleh tenaga angin banyak terjadi di daerah gurun atau kering. Bentuk-bentuk lahan yang dapat diamati akibat erosi angin antara lain batu jamur. Contohnya adalah dapat membentuk Mushroom Rock. Berdasarkan teori, adanya gurun pasir karena proses pelapukan mekanis. Proses ini dimulai ketika suhu siang hari yang terik memanasi batuan gurun sampai diatas 80 derajat celcius sehingga batuan itu memuai. Selama beribu-ribu tahun, angin gurun mengeruk batuan yang hancur dan mengangkut butiran- butiran pasir halus. Lama-lama pasir itu menumpuk menjadi bukit pasir yang halus.








3.Eksarasi (glasiasi)
Erosi oleh gletser dan sering disebut erosi glasial, yaitu erosi yang terjadi akibat pengikisan massa es yang bergerak menuruni lereng dan dapat terjadi di pegunungan tinggi yang tertutup salju, misalnya di Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan Rocky. Ciri khas bentuk lahannya adalah adanya alur-alur lembah yang arahnya relatif sejajar. Erosi ini yang berlangsung lama dapat membuat lembah-lembah yang dalam dengan bentuk seperti huruf U. Endapan erosi oleh gletser disebut dengan MORAINE.

4. Abrasi
Erosi berdampak juga pada perubahan muka Bumi. Abrasi (erosi di pantai) yaitu erosi oleh air laut atau ombak yang dibantu dengan adanya batu-batu kerikil dibawa pecahan ombak akan mengikis daerah sekitar pantai dan kekuatan pengikisan sebanding dengan besarnya gelombang. Kejadian seperti ini pernah terjadi di Jayapura, abrasi di sepanjang pantai di Pulau Biak mencapai 75 m dari garis pantai. Sejumlah karang dan pulau rusak bahkan tenggelam akibat pengikisan. Pulau-pulau yang tenggelam tersebut sebelumnya merupakan objek wisata yang sangat indah di pulau Biak. Jadi, proses abrasi dan erosi oleh tenaga gelombang atau air laut yaitu:
•    Abrasi menghasilakan cekungan yang panjang pada garis pantai.
•    Kemudian, cekungan tererosi lebih lanjut menjadi gua.
•   Erosi lebih lanjut oleh gelombang menyebabkan runtuhnya atap gua ke laut dan terbentuklah cliff (dinding terjal).


     Cara Menanggulangi Erosi
    Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis.
Lahan-lahan yang kritis atau lahan yang gundul ditanami dengan lanam-tanaman keras, seperti pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti dan lain-lain.
Untuk menghindari terjadinya erosi pada bibir pantai, maka pada bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau (mangrove). Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan bibir pantai adalah pohon api-api. Hutan bakau atau api-api yang ada di daerah pantai disamping dapat mencegah terjadinya erosi pada bibir pantai juga bermanfaat bagi kehidupan beraneka satwa. Contohnya akar pohon bakau atau api-api yang malang melintang di bawah permukaan air sangat bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai jenis ikan.
Pada daerah - daerah pantai yang tebingnya curam, maka di depan bibir pantai dapat dibuat bangunan-bangunan pemecah ombak. Dengan adanya bangunan pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju pantai dipecah terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan demikian kekuatan ombak yang akan menerpa dinding pantai menjadi lemah. Dengan demikian bibir pantai dapat dilindungi dari bahaya erosi akibat hantaman gelombang pasang air laut.


Bentuk-bentuk Erosi
Menurut Arsyad (2006), berdasarkan bentuk erosi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.    Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengakutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan tanah. Kekuatan butiran-butiran hujan dan aliran permukaan yang merata diatas permukaan tanah merupakan penyebab erosi ini. Karena kehilangan lapisan dipermukaan tanah seragam tebalnya,  maka bentuk erosi ini tidak segera nampak.
2.    Erosi alur (rill erosion) adalah erosi yang terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat tempat tertentu dipermukaan tanah, sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat aliran permukaan terkonsentrasi. Biasanya alur erosi yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.
3.    Erosi parit (gully erosion), proses terjadinya mirip dengan erosi alur, namun saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung pada kepekaan erosi substratanya.
4.    Erosi tebing sungai (river bank erosion) terjadi sebagai akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat pada belokan sungai.
5.    Longsor (lendslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutannya atau pemindahan atau pergerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume yang besar. Berbeda dari bentuk erosi lainnya, pada tanah lonsor pengangkutan tanah dalam volume besar terjadi sekaligus.


Penyebab Erosi
Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi adalah karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah.Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya adalah sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi.Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
     Erosi sendiri mempunyai kerugian dan keuntungan bagi manusia dalam peradabannya, yaitu:
Kerugian karena Erosi
Sebagaimana halnya proses alam lainnya, erosi dikatakan merugikan bila mengenai kepentingan manusia secara langsung dan segera dirasakan pengaruhnya.
Berikut ini beberapa kerugian karena erosi:
1.    Kehilangan tanah yang subur di daerah pertanian atau perkebunan yang mengalami erosi. Erosi permukaan tanah menyebabkan humus tanah yang subur di suatu kawasan hilang terbawa ke tempat lain. Pembuatan lahan persawahan berteras di daerah berlereng merupakan salah satu upaya mengurangi kerugian karena erosi ini.
2.    Kehilangan lahan secara fisik dan berbagai objek di atasnya. Contoh dari kondisi ini adalah erosi yang terjadi di sepanjang tepi aliran sungai atau tepi pantai. Erosi menyebabkan kehilangan lahan. Bila di atas lahan itu ada rumah, jalan atau berbagai objek lainnya, maka semuanya akan turut hilang bersamaan dengan hilangnya lahan karena erosi itu.
Keuntungan karena Erosi
Di atas telah disebutkan bahwa erosi merupakan kunci bagi proses transportasi sedimen dan proses sedimentasi. Keuntungan dari proses erosi ini dengan demikian harus kita lihat dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh.
Kita harus melihat bahwa erosi menguntungkan karena tanpa erosi maka sedimentasi tidak akan terjadi. Tanpa erosi, maka tak kan ada sedimentasi, maka tidak akan ada lahan persawahan dataran rendah yang subur. Tanpa erosi di darat, maka tak kan ada sedimentasi di pantai atau laut dalam, maka tidak akan ada delta-delta atau endapan laut yang darinya kita mendapatkan minyak dan gas bumi.Dari sudut pandang sumberdaya mineral (diingatkan oleh Sani JR tanggal 12 Sep 2009 tetapi baru di update malam ini 6 Nop 2010), erosi berarti dua hal:
1.    Erosi menyebar rahasia keberadaan mineral yang berada di dalam bumi sehingga dapat diketahui melalui penyebaran material hasil erosi melalui alur-alur sungai. Para ahli geokimia mencari endapan mineral salah satu caranya adalah  dengan cara melacak melalui endapan di aliran sungai.
2.    Erosi dapat menyebabkan endapan mineral yang terdapat jauh di dalam bumi tersingkap ke permukaan bumi sehingga dapat ditemukan dan dimanfaatkan oleh manusia.




Contoh gambar erosi


Erosi oleh air laut (abrasi)


Erosi oleh angin


Erosi oleh gletser













PENUTUP
    Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.    Pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya bekerjanya gaya-gaya alam baik secara fisik maupun kimiawi yang menyebakan terjadinya pemecah-belahan, penghancur-luluh-lantakkan dan transformasi bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya menjadi material lepas (regolit) di permukaan bumi.
2.    Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
a.    Pelapukan fisik
b.     Pelapukan kimiawi
c.    Pelapukan biologi
3.    Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin dan/atau es.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Erosi. http://karangsambung.lipi.go.id/?p=152. Diakses pada 18 Maret 2010.
Anonim. 2010. Erosi dari Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Erosi. diakses pada 18 Maret 2010.
Budiman, Arie, dkk. 2007. Membaca Gerak Alam dan Semesta, Mengenal Jejak Sang Pencipta. Jakarta : LIPI Press.
Danielson, W. Erick. 1986. Earth Science. London: macmillan Publisher.
Hynes, Margaret. 2006. Batuan dan Fosil (diterjemahkan oleh Bob Sabran). Jakarta : Erlangga.
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka cakrawala Dunia. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
file:///D:/materi%20kuliah/SEMESTER%20II/REKAYASA%20GEOLOGI/TENAGA%20EKSOGEN%20%28PELAPUKAN,%20EROSI,%20SEDIMENTASI%29%20_%20SKOLASTIKA.htm
file:///D:/materi%20kuliah/SEMESTER%20II/REKAYASA%20GEOLOGI/pengertian-pelapukan.html
file:///D:/materi%20kuliah/SEMESTER%20II/REKAYASA%20GEOLOGI/nnnnpelapukann.htm



rekayasa geologi

REKAYASA GEOLOGI
EROSI DAN PELAPUKAN



DI SUSUN OLEH    :
JUMAYDAH (12301010038)
LUTHFI ABDILLAH (12301010039)
MUHAMMAD HIRID (12301010040)
NANI RAHMAWATI (12301010041)
NORIANTUS (12301010042)
SAKINAH (12301010043)
SUSILAWATI (12301010044)
AFLINA (12301010045)


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2013/2014

EROSI DAN PELAPUKAN
1.    Pengertian Pelapukan
Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa:
1.    Sinar matahari
2.    Air
3.    Gletser
4.    reaksi kimiawi
5.    kegiatan makhluk hidup (organisme)
Sedangkan Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
1.    Pelapukan Fisik
Pelapukan fisik (disintegrasi) merupakan proses  mekanik yang menyebabkan bebatuan massif pecah-hancur terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan kimiawi sama sekali. Proses ini sangat dominan pada kondisi suhu rendah seperti di kutub atau pada kondisi suhu tinggi di padang pasir. Proses pelapukan fisik terutama dipicu oleh perubahan suhu secara drsatis dan oleh hantaman air hujan, selain dapat dipicu oleh penetrasi akar dan aktivitas makhluk hidup lainnya.
Bebatuan yang tersusun oleh berbagai mineral yang beraneka sifat fisik dan kimawi apabila tiba-tiba terpapar oleh perubahan suhu drastis, akan terjadi kontraksi dan ekspansi antarfraksi penyusunnya, sehingga timbul retakan-retakan yang kemudian memicu pecah hancurnya bebatuan ini. Kecepatan proses ini tergantung pada kondisi fisik bebatuan. Bebatuan berpermukaan kasar lebih cepat ketimbang yang halus, bebatuan berwarna gelap lebih banyak menyerap panas sehingga lebih cepat ketimbang yang berwarna terang.





Contoh pelapukan fisik


Penyebab terjadinya pelapukan fisik yaitu:
1.    Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atauberiklim Gurun, di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
2.    Adapun pembekuan air di dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.



3.    Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.
4.    Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.







5.    Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.


Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut.
Proses pelapukan dan erosi menghasilkan materi yang bisa terangkut oleh aliran air maupun kekuatan angin. Material tersebut dapat berupa pasir, lumpur, maupun tanah. Nah, materi yang terangkut tersebut akan mengendap di suatu tempat sesuai dengan karakteristik media pengangkutnya. Apabila aliran air deras, ataupun kekuatan angin sangat kencang, maka materi akan terendapkan di tempat yang jauh dari tempat asal terjadinya erosi maupun pelapukan. Pengendapan berlangsung secara bertahap sehingga membentuk sedimen yang berlapis-lapis. Proses seperti inilah yang turut membentuk muka Bumi. Tahukah kamu bentang alam apa yang terbentuk dari proses sedimentasi?
1)    Delta
Delta terbentuk di muara sungai, yaitu tempat pertemuan sungai dengan laut. Pada saat aliran sungai mendekati laut, arusnya melemah karena adanya pengaruh gelombang laut, sehingga material yang dibawa aliran sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta.
2)    Kipas Aluvial
Kenampakan ini terbentuk di kaki gunung. Pada tempat ini terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga energi pengangkut (air) melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan. Materi yang terendapkan merupakan aluvium halus. Umumnya terbentuk di antara lembah curam dan sempit.
3)    Tanggul Alam
Tanggul alam terbentuk pada waktu terjadi banjir, akibatnya material-material dari air sungai meluap di kanan kiri sungai. Ketika banjir mereda, material tersebut terendapkan di kanan kiri sungai dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.
4)    Dataran Banjir
Dataran banjir merupakan dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari material hasil pengendapan banjir aliran sungai. Pada saat banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terbentuk dataran banjir.
5) Meander
Meander adalah salah satu bentuk sungai yang khas. Sungai dengan kelokan yang terbentuk dari adanya pengendapan. Meskipun sungai ini banyak terdapat di bagian tengah suatu DAS, bahkan mendekati hilir, tetapi proses pembentukannya dimulai di bagian hulu. Volume air di bagian hulu yang kecil mengakibatkan tenaga yang terbentuk pun kecil. Oleh karenanya sungai akan mencari rute yang paling mudah, yaitu materi batuan yang tidak resistan. Di bagian tengah, aliran air mulai melambat karena relief yang datar. Di sinilah pembentukan meander mulai nyata. Proses meander terjadi di tepi sungai baik bagian dalam maupun luar lekukan sungai. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, di bagian lain dari tepi sungai yang alirannya lamban akan terjadi pengendapan. Meander terbentuk dari proses ini yang berlangsung secara terus-menerus.
6) Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)
Oxbow lake terbentuk akibat proses sedimentasi yang terjadi pada lekukan sisa sungai meander. Material sedimen yang terangkut oleh aliran sungai diendapkan pada bagian luar cekungan sungai. Proses ini jika berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama, mengakibatkan material sedimen akan memotong alur sungai sehingga alur sungai berubah menjadi lurus. Sementara itu, cekungan alur sungai yang terpotong membentuk genangan air menjadi danau.
7) Tombolo dan Spit
Tombolo dan spit merupakan kenampakan alam hasil proses sedimentasi di pantai. Tombolo adalah endapan material sedimen yang menghubungkan daratan dengan pulau kecil, sedangkan spit merupakan endapan material sedimen laut di bagian ujung tanjung. Di Indonesia kenampakan tombolo dan tanjung dapat dijumpai di Pulau Bali. Wilayah sempit Jimbaran merupakan tombolo yang menghubungkan Pulau Bali dengan pulau kecil di bagian selatan.
8) Gumuk Pasir
Gumuk pasir merupakan bentang alam hasil pengendapan oleh angin. Bentang alam ini dapat terbentuk di pantai maupun di gurun. Terbentuk karena adanya akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat sehingga pasir terangkut dan kemudian terendapkan membentuk gumuk pasir. Bentang alam semacam ini dapat kamu temukan ketika kamu mengunjungi Pantai Parangtritis di Yogyakarta.



2.    Pengertian Erosi
    Setelah permukaan batuan terlapuk dan jika ada aliran tenaga yang kuat akan membawa material hasil pelapukan ini. Proses ini disebut erosi. Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin dan/atau es.
    Erosi juga dapat didefenisikan sebagai  peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup misal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Jenis-Jenis Erosi
    Berdasarkan tenaga pengikis, erosi dibedakan menjadi empat, antara lain :
1.    Ablasi (Pengikisan oleh air)
Umum terjadi di wilayah iklim tropik (yang curah hujan sangat tinggi).
Bentuk-bentuk ABLASI, antara lain :
a.  Erosi Percik (splash erosion)
Erosi ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh teteshujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan.

b.  Erosi Lembar (sheet erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi aliran




c. Erosi Alur (rill erosion)   
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah.

d. Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm.

e. Erosi Mudik (headward erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah parit diperpanjang ke hulu.

f. Erosi vertikal (erosi internal atau subsurface erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam.

g. Erosi lateral
Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan meandering.

2. Deflasi atau Korasi
Proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin disebut Deflasi atau Korasi. Erosi oleh tenaga angin banyak terjadi di daerah gurun atau kering. Bentuk-bentuk lahan yang dapat diamati akibat erosi angin antara lain batu jamur. Contohnya adalah dapat membentuk Mushroom Rock. Berdasarkan teori, adanya gurun pasir karena proses pelapukan mekanis. Proses ini dimulai ketika suhu siang hari yang terik memanasi batuan gurun sampai diatas 80 derajat celcius sehingga batuan itu memuai. Selama beribu-ribu tahun, angin gurun mengeruk batuan yang hancur dan mengangkut butiran- butiran pasir halus. Lama-lama pasir itu menumpuk menjadi bukit pasir yang halus.








3.Eksarasi (glasiasi)
Erosi oleh gletser dan sering disebut erosi glasial, yaitu erosi yang terjadi akibat pengikisan massa es yang bergerak menuruni lereng dan dapat terjadi di pegunungan tinggi yang tertutup salju, misalnya di Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan Rocky. Ciri khas bentuk lahannya adalah adanya alur-alur lembah yang arahnya relatif sejajar. Erosi ini yang berlangsung lama dapat membuat lembah-lembah yang dalam dengan bentuk seperti huruf U. Endapan erosi oleh gletser disebut dengan MORAINE.

4. Abrasi
Erosi berdampak juga pada perubahan muka Bumi. Abrasi (erosi di pantai) yaitu erosi oleh air laut atau ombak yang dibantu dengan adanya batu-batu kerikil dibawa pecahan ombak akan mengikis daerah sekitar pantai dan kekuatan pengikisan sebanding dengan besarnya gelombang. Kejadian seperti ini pernah terjadi di Jayapura, abrasi di sepanjang pantai di Pulau Biak mencapai 75 m dari garis pantai. Sejumlah karang dan pulau rusak bahkan tenggelam akibat pengikisan. Pulau-pulau yang tenggelam tersebut sebelumnya merupakan objek wisata yang sangat indah di pulau Biak. Jadi, proses abrasi dan erosi oleh tenaga gelombang atau air laut yaitu:
•    Abrasi menghasilakan cekungan yang panjang pada garis pantai.
•    Kemudian, cekungan tererosi lebih lanjut menjadi gua.
•   Erosi lebih lanjut oleh gelombang menyebabkan runtuhnya atap gua ke laut dan terbentuklah cliff (dinding terjal).


     Cara Menanggulangi Erosi
    Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis.
Lahan-lahan yang kritis atau lahan yang gundul ditanami dengan lanam-tanaman keras, seperti pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti dan lain-lain.
Untuk menghindari terjadinya erosi pada bibir pantai, maka pada bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau (mangrove). Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan bibir pantai adalah pohon api-api. Hutan bakau atau api-api yang ada di daerah pantai disamping dapat mencegah terjadinya erosi pada bibir pantai juga bermanfaat bagi kehidupan beraneka satwa. Contohnya akar pohon bakau atau api-api yang malang melintang di bawah permukaan air sangat bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai jenis ikan.
Pada daerah - daerah pantai yang tebingnya curam, maka di depan bibir pantai dapat dibuat bangunan-bangunan pemecah ombak. Dengan adanya bangunan pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju pantai dipecah terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan demikian kekuatan ombak yang akan menerpa dinding pantai menjadi lemah. Dengan demikian bibir pantai dapat dilindungi dari bahaya erosi akibat hantaman gelombang pasang air laut.


Bentuk-bentuk Erosi
Menurut Arsyad (2006), berdasarkan bentuk erosi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.    Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengakutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan tanah. Kekuatan butiran-butiran hujan dan aliran permukaan yang merata diatas permukaan tanah merupakan penyebab erosi ini. Karena kehilangan lapisan dipermukaan tanah seragam tebalnya,  maka bentuk erosi ini tidak segera nampak.
2.    Erosi alur (rill erosion) adalah erosi yang terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat tempat tertentu dipermukaan tanah, sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat aliran permukaan terkonsentrasi. Biasanya alur erosi yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.
3.    Erosi parit (gully erosion), proses terjadinya mirip dengan erosi alur, namun saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung pada kepekaan erosi substratanya.
4.    Erosi tebing sungai (river bank erosion) terjadi sebagai akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat pada belokan sungai.
5.    Longsor (lendslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutannya atau pemindahan atau pergerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume yang besar. Berbeda dari bentuk erosi lainnya, pada tanah lonsor pengangkutan tanah dalam volume besar terjadi sekaligus.


Penyebab Erosi
Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi adalah karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah.Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya adalah sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi.Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
     Erosi sendiri mempunyai kerugian dan keuntungan bagi manusia dalam peradabannya, yaitu:
Kerugian karena Erosi
Sebagaimana halnya proses alam lainnya, erosi dikatakan merugikan bila mengenai kepentingan manusia secara langsung dan segera dirasakan pengaruhnya.
Berikut ini beberapa kerugian karena erosi:
1.    Kehilangan tanah yang subur di daerah pertanian atau perkebunan yang mengalami erosi. Erosi permukaan tanah menyebabkan humus tanah yang subur di suatu kawasan hilang terbawa ke tempat lain. Pembuatan lahan persawahan berteras di daerah berlereng merupakan salah satu upaya mengurangi kerugian karena erosi ini.
2.    Kehilangan lahan secara fisik dan berbagai objek di atasnya. Contoh dari kondisi ini adalah erosi yang terjadi di sepanjang tepi aliran sungai atau tepi pantai. Erosi menyebabkan kehilangan lahan. Bila di atas lahan itu ada rumah, jalan atau berbagai objek lainnya, maka semuanya akan turut hilang bersamaan dengan hilangnya lahan karena erosi itu.
Keuntungan karena Erosi
Di atas telah disebutkan bahwa erosi merupakan kunci bagi proses transportasi sedimen dan proses sedimentasi. Keuntungan dari proses erosi ini dengan demikian harus kita lihat dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh.
Kita harus melihat bahwa erosi menguntungkan karena tanpa erosi maka sedimentasi tidak akan terjadi. Tanpa erosi, maka tak kan ada sedimentasi, maka tidak akan ada lahan persawahan dataran rendah yang subur. Tanpa erosi di darat, maka tak kan ada sedimentasi di pantai atau laut dalam, maka tidak akan ada delta-delta atau endapan laut yang darinya kita mendapatkan minyak dan gas bumi.Dari sudut pandang sumberdaya mineral (diingatkan oleh Sani JR tanggal 12 Sep 2009 tetapi baru di update malam ini 6 Nop 2010), erosi berarti dua hal:
1.    Erosi menyebar rahasia keberadaan mineral yang berada di dalam bumi sehingga dapat diketahui melalui penyebaran material hasil erosi melalui alur-alur sungai. Para ahli geokimia mencari endapan mineral salah satu caranya adalah  dengan cara melacak melalui endapan di aliran sungai.
2.    Erosi dapat menyebabkan endapan mineral yang terdapat jauh di dalam bumi tersingkap ke permukaan bumi sehingga dapat ditemukan dan dimanfaatkan oleh manusia.




Contoh gambar erosi


Erosi oleh air laut (abrasi)


Erosi oleh angin


Erosi oleh gletser













PENUTUP
    Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.    Pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya bekerjanya gaya-gaya alam baik secara fisik maupun kimiawi yang menyebakan terjadinya pemecah-belahan, penghancur-luluh-lantakkan dan transformasi bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya menjadi material lepas (regolit) di permukaan bumi.
2.    Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
a.    Pelapukan fisik
b.     Pelapukan kimiawi
c.    Pelapukan biologi
3.    Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin dan/atau es.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Erosi. http://karangsambung.lipi.go.id/?p=152. Diakses pada 18 Maret 2010.
Anonim. 2010. Erosi dari Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Erosi. diakses pada 18 Maret 2010.
Budiman, Arie, dkk. 2007. Membaca Gerak Alam dan Semesta, Mengenal Jejak Sang Pencipta. Jakarta : LIPI Press.
Danielson, W. Erick. 1986. Earth Science. London: macmillan Publisher.
Hynes, Margaret. 2006. Batuan dan Fosil (diterjemahkan oleh Bob Sabran). Jakarta : Erlangga.
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka cakrawala Dunia. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
file:///D:/materi%20kuliah/SEMESTER%20II/REKAYASA%20GEOLOGI/TENAGA%20EKSOGEN%20%28PELAPUKAN,%20EROSI,%20SEDIMENTASI%29%20_%20SKOLASTIKA.htm
file:///D:/materi%20kuliah/SEMESTER%20II/REKAYASA%20GEOLOGI/pengertian-pelapukan.html
file:///D:/materi%20kuliah/SEMESTER%20II/REKAYASA%20GEOLOGI/nnnnpelapukann.htm



rekayasa geologi

REKAYASA GEOLOGI
EROSI DAN PELAPUKAN



DI SUSUN OLEH    :
JUMAYDAH (12301010038)
LUTHFI ABDILLAH (12301010039)
MUHAMMAD HIRID (12301010040)
NANI RAHMAWATI (12301010041)
NORIANTUS (12301010042)
SAKINAH (12301010043)
SUSILAWATI (12301010044)
AFLINA (12301010045)


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2013/2014

EROSI DAN PELAPUKAN
1.    Pengertian Pelapukan
Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa:
1.    Sinar matahari
2.    Air
3.    Gletser
4.    reaksi kimiawi
5.    kegiatan makhluk hidup (organisme)
Sedangkan Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
1.    Pelapukan Fisik
Pelapukan fisik (disintegrasi) merupakan proses  mekanik yang menyebabkan bebatuan massif pecah-hancur terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan kimiawi sama sekali. Proses ini sangat dominan pada kondisi suhu rendah seperti di kutub atau pada kondisi suhu tinggi di padang pasir. Proses pelapukan fisik terutama dipicu oleh perubahan suhu secara drsatis dan oleh hantaman air hujan, selain dapat dipicu oleh penetrasi akar dan aktivitas makhluk hidup lainnya.
Bebatuan yang tersusun oleh berbagai mineral yang beraneka sifat fisik dan kimawi apabila tiba-tiba terpapar oleh perubahan suhu drastis, akan terjadi kontraksi dan ekspansi antarfraksi penyusunnya, sehingga timbul retakan-retakan yang kemudian memicu pecah hancurnya bebatuan ini. Kecepatan proses ini tergantung pada kondisi fisik bebatuan. Bebatuan berpermukaan kasar lebih cepat ketimbang yang halus, bebatuan berwarna gelap lebih banyak menyerap panas sehingga lebih cepat ketimbang yang berwarna terang.





Contoh pelapukan fisik


Penyebab terjadinya pelapukan fisik yaitu:
1.    Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atauberiklim Gurun, di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
2.    Adapun pembekuan air di dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.



3.    Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.
4.    Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.







5.    Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.


Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut.
Proses pelapukan dan erosi menghasilkan materi yang bisa terangkut oleh aliran air maupun kekuatan angin. Material tersebut dapat berupa pasir, lumpur, maupun tanah. Nah, materi yang terangkut tersebut akan mengendap di suatu tempat sesuai dengan karakteristik media pengangkutnya. Apabila aliran air deras, ataupun kekuatan angin sangat kencang, maka materi akan terendapkan di tempat yang jauh dari tempat asal terjadinya erosi maupun pelapukan. Pengendapan berlangsung secara bertahap sehingga membentuk sedimen yang berlapis-lapis. Proses seperti inilah yang turut membentuk muka Bumi. Tahukah kamu bentang alam apa yang terbentuk dari proses sedimentasi?
1)    Delta
Delta terbentuk di muara sungai, yaitu tempat pertemuan sungai dengan laut. Pada saat aliran sungai mendekati laut, arusnya melemah karena adanya pengaruh gelombang laut, sehingga material yang dibawa aliran sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta.
2)    Kipas Aluvial
Kenampakan ini terbentuk di kaki gunung. Pada tempat ini terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga energi pengangkut (air) melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan. Materi yang terendapkan merupakan aluvium halus. Umumnya terbentuk di antara lembah curam dan sempit.
3)    Tanggul Alam
Tanggul alam terbentuk pada waktu terjadi banjir, akibatnya material-material dari air sungai meluap di kanan kiri sungai. Ketika banjir mereda, material tersebut terendapkan di kanan kiri sungai dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.
4)    Dataran Banjir
Dataran banjir merupakan dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari material hasil pengendapan banjir aliran sungai. Pada saat banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terbentuk dataran banjir.
5) Meander
Meander adalah salah satu bentuk sungai yang khas. Sungai dengan kelokan yang terbentuk dari adanya pengendapan. Meskipun sungai ini banyak terdapat di bagian tengah suatu DAS, bahkan mendekati hilir, tetapi proses pembentukannya dimulai di bagian hulu. Volume air di bagian hulu yang kecil mengakibatkan tenaga yang terbentuk pun kecil. Oleh karenanya sungai akan mencari rute yang paling mudah, yaitu materi batuan yang tidak resistan. Di bagian tengah, aliran air mulai melambat karena relief yang datar. Di sinilah pembentukan meander mulai nyata. Proses meander terjadi di tepi sungai baik bagian dalam maupun luar lekukan sungai. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, di bagian lain dari tepi sungai yang alirannya lamban akan terjadi pengendapan. Meander terbentuk dari proses ini yang berlangsung secara terus-menerus.
6) Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)
Oxbow lake terbentuk akibat proses sedimentasi yang terjadi pada lekukan sisa sungai meander. Material sedimen yang terangkut oleh aliran sungai diendapkan pada bagian luar cekungan sungai. Proses ini jika berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama, mengakibatkan material sedimen akan memotong alur sungai sehingga alur sungai berubah menjadi lurus. Sementara itu, cekungan alur sungai yang terpotong membentuk genangan air menjadi danau.
7) Tombolo dan Spit
Tombolo dan spit merupakan kenampakan alam hasil proses sedimentasi di pantai. Tombolo adalah endapan material sedimen yang menghubungkan daratan dengan pulau kecil, sedangkan spit merupakan endapan material sedimen laut di bagian ujung tanjung. Di Indonesia kenampakan tombolo dan tanjung dapat dijumpai di Pulau Bali. Wilayah sempit Jimbaran merupakan tombolo yang menghubungkan Pulau Bali dengan pulau kecil di bagian selatan.
8) Gumuk Pasir
Gumuk pasir merupakan bentang alam hasil pengendapan oleh angin. Bentang alam ini dapat terbentuk di pantai maupun di gurun. Terbentuk karena adanya akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat sehingga pasir terangkut dan kemudian terendapkan membentuk gumuk pasir. Bentang alam semacam ini dapat kamu temukan ketika kamu mengunjungi Pantai Parangtritis di Yogyakarta.



2.    Pengertian Erosi
    Setelah permukaan batuan terlapuk dan jika ada aliran tenaga yang kuat akan membawa material hasil pelapukan ini. Proses ini disebut erosi. Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin dan/atau es.
    Erosi juga dapat didefenisikan sebagai  peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup misal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Jenis-Jenis Erosi
    Berdasarkan tenaga pengikis, erosi dibedakan menjadi empat, antara lain :
1.    Ablasi (Pengikisan oleh air)
Umum terjadi di wilayah iklim tropik (yang curah hujan sangat tinggi).
Bentuk-bentuk ABLASI, antara lain :
a.  Erosi Percik (splash erosion)
Erosi ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh teteshujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan.

b.  Erosi Lembar (sheet erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi aliran




c. Erosi Alur (rill erosion)   
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah.

d. Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm.

e. Erosi Mudik (headward erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah parit diperpanjang ke hulu.

f. Erosi vertikal (erosi internal atau subsurface erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam.

g. Erosi lateral
Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan meandering.

2. Deflasi atau Korasi
Proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin disebut Deflasi atau Korasi. Erosi oleh tenaga angin banyak terjadi di daerah gurun atau kering. Bentuk-bentuk lahan yang dapat diamati akibat erosi angin antara lain batu jamur. Contohnya adalah dapat membentuk Mushroom Rock. Berdasarkan teori, adanya gurun pasir karena proses pelapukan mekanis. Proses ini dimulai ketika suhu siang hari yang terik memanasi batuan gurun sampai diatas 80 derajat celcius sehingga batuan itu memuai. Selama beribu-ribu tahun, angin gurun mengeruk batuan yang hancur dan mengangkut butiran- butiran pasir halus. Lama-lama pasir itu menumpuk menjadi bukit pasir yang halus.








3.Eksarasi (glasiasi)
Erosi oleh gletser dan sering disebut erosi glasial, yaitu erosi yang terjadi akibat pengikisan massa es yang bergerak menuruni lereng dan dapat terjadi di pegunungan tinggi yang tertutup salju, misalnya di Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan Rocky. Ciri khas bentuk lahannya adalah adanya alur-alur lembah yang arahnya relatif sejajar. Erosi ini yang berlangsung lama dapat membuat lembah-lembah yang dalam dengan bentuk seperti huruf U. Endapan erosi oleh gletser disebut dengan MORAINE.

4. Abrasi
Erosi berdampak juga pada perubahan muka Bumi. Abrasi (erosi di pantai) yaitu erosi oleh air laut atau ombak yang dibantu dengan adanya batu-batu kerikil dibawa pecahan ombak akan mengikis daerah sekitar pantai dan kekuatan pengikisan sebanding dengan besarnya gelombang. Kejadian seperti ini pernah terjadi di Jayapura, abrasi di sepanjang pantai di Pulau Biak mencapai 75 m dari garis pantai. Sejumlah karang dan pulau rusak bahkan tenggelam akibat pengikisan. Pulau-pulau yang tenggelam tersebut sebelumnya merupakan objek wisata yang sangat indah di pulau Biak. Jadi, proses abrasi dan erosi oleh tenaga gelombang atau air laut yaitu:
•    Abrasi menghasilakan cekungan yang panjang pada garis pantai.
•    Kemudian, cekungan tererosi lebih lanjut menjadi gua.
•   Erosi lebih lanjut oleh gelombang menyebabkan runtuhnya atap gua ke laut dan terbentuklah cliff (dinding terjal).


     Cara Menanggulangi Erosi
    Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis.
Lahan-lahan yang kritis atau lahan yang gundul ditanami dengan lanam-tanaman keras, seperti pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti dan lain-lain.
Untuk menghindari terjadinya erosi pada bibir pantai, maka pada bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau (mangrove). Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan bibir pantai adalah pohon api-api. Hutan bakau atau api-api yang ada di daerah pantai disamping dapat mencegah terjadinya erosi pada bibir pantai juga bermanfaat bagi kehidupan beraneka satwa. Contohnya akar pohon bakau atau api-api yang malang melintang di bawah permukaan air sangat bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai jenis ikan.
Pada daerah - daerah pantai yang tebingnya curam, maka di depan bibir pantai dapat dibuat bangunan-bangunan pemecah ombak. Dengan adanya bangunan pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju pantai dipecah terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan demikian kekuatan ombak yang akan menerpa dinding pantai menjadi lemah. Dengan demikian bibir pantai dapat dilindungi dari bahaya erosi akibat hantaman gelombang pasang air laut.


Bentuk-bentuk Erosi
Menurut Arsyad (2006), berdasarkan bentuk erosi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.    Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengakutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan tanah. Kekuatan butiran-butiran hujan dan aliran permukaan yang merata diatas permukaan tanah merupakan penyebab erosi ini. Karena kehilangan lapisan dipermukaan tanah seragam tebalnya,  maka bentuk erosi ini tidak segera nampak.
2.    Erosi alur (rill erosion) adalah erosi yang terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat tempat tertentu dipermukaan tanah, sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat aliran permukaan terkonsentrasi. Biasanya alur erosi yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.
3.    Erosi parit (gully erosion), proses terjadinya mirip dengan erosi alur, namun saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung pada kepekaan erosi substratanya.
4.    Erosi tebing sungai (river bank erosion) terjadi sebagai akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat pada belokan sungai.
5.    Longsor (lendslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutannya atau pemindahan atau pergerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume yang besar. Berbeda dari bentuk erosi lainnya, pada tanah lonsor pengangkutan tanah dalam volume besar terjadi sekaligus.


Penyebab Erosi
Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi adalah karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah.Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya adalah sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi.Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
     Erosi sendiri mempunyai kerugian dan keuntungan bagi manusia dalam peradabannya, yaitu:
Kerugian karena Erosi
Sebagaimana halnya proses alam lainnya, erosi dikatakan merugikan bila mengenai kepentingan manusia secara langsung dan segera dirasakan pengaruhnya.
Berikut ini beberapa kerugian karena erosi:
1.    Kehilangan tanah yang subur di daerah pertanian atau perkebunan yang mengalami erosi. Erosi permukaan tanah menyebabkan humus tanah yang subur di suatu kawasan hilang terbawa ke tempat lain. Pembuatan lahan persawahan berteras di daerah berlereng merupakan salah satu upaya mengurangi kerugian karena erosi ini.
2.    Kehilangan lahan secara fisik dan berbagai objek di atasnya. Contoh dari kondisi ini adalah erosi yang terjadi di sepanjang tepi aliran sungai atau tepi pantai. Erosi menyebabkan kehilangan lahan. Bila di atas lahan itu ada rumah, jalan atau berbagai objek lainnya, maka semuanya akan turut hilang bersamaan dengan hilangnya lahan karena erosi itu.
Keuntungan karena Erosi
Di atas telah disebutkan bahwa erosi merupakan kunci bagi proses transportasi sedimen dan proses sedimentasi. Keuntungan dari proses erosi ini dengan demikian harus kita lihat dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh.
Kita harus melihat bahwa erosi menguntungkan karena tanpa erosi maka sedimentasi tidak akan terjadi. Tanpa erosi, maka tak kan ada sedimentasi, maka tidak akan ada lahan persawahan dataran rendah yang subur. Tanpa erosi di darat, maka tak kan ada sedimentasi di pantai atau laut dalam, maka tidak akan ada delta-delta atau endapan laut yang darinya kita mendapatkan minyak dan gas bumi.Dari sudut pandang sumberdaya mineral (diingatkan oleh Sani JR tanggal 12 Sep 2009 tetapi baru di update malam ini 6 Nop 2010), erosi berarti dua hal:
1.    Erosi menyebar rahasia keberadaan mineral yang berada di dalam bumi sehingga dapat diketahui melalui penyebaran material hasil erosi melalui alur-alur sungai. Para ahli geokimia mencari endapan mineral salah satu caranya adalah  dengan cara melacak melalui endapan di aliran sungai.
2.    Erosi dapat menyebabkan endapan mineral yang terdapat jauh di dalam bumi tersingkap ke permukaan bumi sehingga dapat ditemukan dan dimanfaatkan oleh manusia.




Contoh gambar erosi


Erosi oleh air laut (abrasi)


Erosi oleh angin


Erosi oleh gletser













PENUTUP
    Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.    Pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya bekerjanya gaya-gaya alam baik secara fisik maupun kimiawi yang menyebakan terjadinya pemecah-belahan, penghancur-luluh-lantakkan dan transformasi bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya menjadi material lepas (regolit) di permukaan bumi.
2.    Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
a.    Pelapukan fisik
b.     Pelapukan kimiawi
c.    Pelapukan biologi
3.    Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin dan/atau es.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Erosi. http://karangsambung.lipi.go.id/?p=152. Diakses pada 18 Maret 2010.
Anonim. 2010. Erosi dari Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Erosi. diakses pada 18 Maret 2010.
Budiman, Arie, dkk. 2007. Membaca Gerak Alam dan Semesta, Mengenal Jejak Sang Pencipta. Jakarta : LIPI Press.
Danielson, W. Erick. 1986. Earth Science. London: macmillan Publisher.
Hynes, Margaret. 2006. Batuan dan Fosil (diterjemahkan oleh Bob Sabran). Jakarta : Erlangga.
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka cakrawala Dunia. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
file:///D:/materi%20kuliah/SEMESTER%20II/REKAYASA%20GEOLOGI/TENAGA%20EKSOGEN%20%28PELAPUKAN,%20EROSI,%20SEDIMENTASI%29%20_%20SKOLASTIKA.htm
file:///D:/materi%20kuliah/SEMESTER%20II/REKAYASA%20GEOLOGI/pengertian-pelapukan.html
file:///D:/materi%20kuliah/SEMESTER%20II/REKAYASA%20GEOLOGI/nnnnpelapukann.htm



pengolahan kayu sebagai TBK


PRESENTASI
PENGOLAHAN KAYU SEBAGAI
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (TBK)


DI SUSUN OLEH:
EKO SARIYANTO (12301010036)
FITRIANI (12301010037)
JUMAYDAH (12301010038)


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2013/2014


A.   KAYU SEBAGAI TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Kayu adalah suatu bahan yang dihasilkan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan keinginan dan kemajuan teknologi. Kayu berasal dari tumbuh-tumbuhan hidup di alam yang jenis pohonnya mempunyai batang berupa kayu.
Beberapa komponen konstruksi bangunan perumahan yang dapat menggunakan kayu gergajian sebagai bahan, antara lain :
    1. Tiang pancang pada tanah di bawah muka air atau tanah terkena pengaruh air asin.
    2. Tiang pancang pada tanah di atas muka air dan kayu harus diawetkan secara khusus.
    3. Rangka, gording, usuk (kaso), tiang, balok, papan, kuda-kuda, balok plafon atau reng.
    4. Papan cucuran, papan lis atau papan atap lainnya.
    5. Kusen pintu dan jendela, daun pintu dan jendela, ambang atau bentuk sambungan lainnya.
    6. Konstruksi tangga (pegangan dan injakan tangga).
    7. Lantai biasa
    8. Lantai keras
    9. Papan dinding
    10. Kayu profil (moulding)



B.      JENIS DAN SIFAT KAYU
B.1 Jenis-Jenis Kayu
Jenis-jenis kayu dibedakan berdasarkan jenis jenis pohon, dan jenis pohon dapat dibedakan atas dua golongan besar, yaitu Pohon Daun Lebar dan Pohon Daun Jarum.
B.1.1 Pohon Daun Lebar.
Ciri-cirinya pohon berdaun lebar:
1). Umumnya bentuk daun lebar.
2). Tajuk besar dan membundar.
3). Menggugurkan daun.
4). Pertumbuhan lambat.
5). Umumnya batang tidak lurus dan berbonggol.
6). Umumnya memiliki kayu lebih keras.
7). Struktur lebih lengkap
8). Memiliki pori-pori.
- Sel kayu pohon berdaun lebar
a. Pori (sel pembuluh) adalah suatu sel yang berbentuk tabung, saling berhubungan secara vertikal, berfungsi sebagai pengantar masuknya cairan bahan makanan dari tanah ke daun. Pada penampang lintang kayu, pori terliahat berbentuk lubang kecil yang bisa dilihat dengan mata telanjang.
b. Paresima adalah sel yang berbentuk seperti batu bata dengan dinding sel yang tipis. Sel Paresima didalam kayu gubal masih hidup sedangkan pada kayu teras tidak berfungsi lagi. Didalam kayu sel paresima membentuk untaian-untaian vertikal.
c. Jari-jari merupakan jaringan-jaringan yang terdiri dari sel-sel yang bersifat parensima.
B.1.2  Pohon Daun Jarum
Ciri-cirinya pohon berdaun jarum:
1. Umumnya bentuk daun seperti jarum
2. Tajuk berbentuk kerucut.
3. Tidak menggugurkan daun kecuali beberapa jenis pohon saja.
4. Tidak memiliki pori melainkan sel Trakeida, yaitu sel-sel yang berbentuk panjang dengan ujung-ujung meruncing.
5. Struktur sederhana.
- Sel kayu :
a. Memiliki Trakeida yang merupakan bagian terbesar dari kayu yang berfungsi untuk mengangkut bahan makanan.
b. Paresima serupa dengan kayu daun lebar hanya susunannya lebih sedikit.
c. Kantong damar berada dalam riap tumbuh, atau diantara riap tumbuh, berupa ronggarongga berisi zat damar yang padat dan encer.

B.2. Sifat-sifat kayu
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat agak berbeda jika dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya. Dalam hubungan itu maka ada baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut diketahui lebih dahulu sebelum kayu dipergunakan sebagai bahan konstruksi. Sifat yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan sifat-sifat anatomi kayu, sifat-sifat fisik, sifat-sifat mekanik dan sifatsifat kimianya.

B.2.1 Sifat-sifat Fisik Kayu
Yang dimaksud dengan sifat-sifat fisik kayu adalah :
a. Berat jenis.
Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu, oleh karenanya untuk jenis kayu yang berbeda mempunyai berat jenis yang berbeda pula. Semakin tinggi berat jenis kayu itu, umumnya akan semakin tinggi kekuatannya dan sebaliknya semakin kecil berat jenis kayu akan berkurang pula kekuatannya. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume kayu tertentu dengan volume air pada suhu standar . Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering udara dan volume kayu pada posisi kadar air tersebut.
b. Keawetan Alami Kayu.
Yang dimaksud dengan keawetan alami ialah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu, seperti jamur, rayap, bubuk dan lain-lain yang diukur dalam jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat didalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak kayu, misalnya kayu jati memiliki tectoquinon, kayu ulin memiliki silika, dan lain-lain. Zat ekstraktif pada kayu mulai terbentuk disaat kayu gubal berubah menjadi kayu teras. Oleh karena itu kayu teras pada semua jenis umumnya lebih awet dibandingkan dengan kayu gubalnya, selain itu kayu gubal sel-selnya masih hidup dan sebagai tempat cadangan bahan makanan serta kayunya lunak, sehingga lebih mudah bagi serangga perusak kayu unutk menembus dan merusak kayu tersebut.
c. Warna Kayu.
Ada beraneka macam, antara lain warna kuning, keputih-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh faktor-faktor: umur pohon, tempat didalam batang, kelembaban udara. Kayu teras umumnya memliki warna yang lebih jelas atau lebih gelap daripada warna bagian kayu yang ada disebelah luar kayu teras, yaitu kayu gubal. Kayu pohon yang lebih tua warnanya lebih gelap dari kayu pohon yang lebih muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering berbeda pula warnanya dari kayu yang basah, demikian pula kayu yang lama berada diluar dapat lebih gelap daripada kayu yang segar dan kering udara.
d. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air bergantung dari kelembaban udara. Kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh suhu udara pada kondisi tertentu, semakin lembab udara disekitarnya akan makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air pada kayu kondisi tersebut dinamakan kandungan air kesetimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content). Dengan masuknya air ke dalam kayu pada kondisi itu, maka akan menambah berat kayu.
e. Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang berat, pada umumnya termasuk kayu-kayu yang keras, sebaliknya kayu yang ringan pada umumnya termasuk kayu yang lunak. Kekerasan kayu ini dapat ditentukan dengan cara memotong kayu tersebut dalam arah melintang dan serta menilai kesan adanya perlawanan dari kayu itu tersebut serta kilapnya bidang potongan yang dihasilkan.
B.2.2 Sifat Mekanik Kayu
Sifat mekanik ialah kemampuan kayu untuk menahan beban luar yang berupa gaya-gaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan mengubah bentuk dan dimensi benda.
Sifat-sifat mekanik ini adalah :
a. Kekuatan tarik
Kekuatan tarik merupakan kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusahan menarik kayu, baik ke arah sejajar serat maupun tegak lurus serat. Kekuatan tarik kayu sejajar serat lebih kuat dari kekuatan tarik ke arah tegak lurus serat.
b. Kekuatan tekan
Kekuatan tekan merupakan kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusahan menekan kayu, baik ke arah sejajar serat maupun tegak lurus serat. Kekuatan tekan kayu sejajar serat lebih kuat dari kekuatan tekan ke arah tegak lurus serat.
c. Kekuatan geser
Yang dimaksud dengan kekuatan geser kayu adalah kekuatan untuk menahan momen lentur. Terdapat tiga macam kekuatan geser yaitu sejajar arah serat, tegak lurus arah serat dan geser miring, dimana kekuatan geser yang tegak lurus arah serat mempunyai kekuatan yang paling besar dibandingkan yang lainnya.
d. Kekuatan lentur
Kekuatan lentur ialah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur pada kayu akibat beban yang bekerja. Dalam hal ini dibedakan menjadi dua yaitu kekuatan lentur statik dan kekuatan lentur kejut. Kekuatan lentur statik merupakan kekuatan yang dapat menahan pembebanan secara perlahan-lahan dan kekuatan lentur kejut terhadap pembebanan yang bersifat mendadak.
e. Kekakuan
Kekakuan ialah suatu ukuran kekuatan dalam menahan perubahan bentuk, yang umumnya dinyatakan dengan istilah modulus elastisitas (E), sifat kekakuan ini akan mempengaruhi kemampuan kayu sebagai struktur dalam menahan beban.
f. Keuletan
Keuletan kayu dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menerima sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangantegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. Keuletan kebalikan dari kerapuhan kayu dalam arti bahwa kayu yang ulet akan patah secara berangsur-angsur dan memberi suara peringatan tentang kerusakannya. Sifat keuletan ini merupakan faktor yang penting untuk menentukan kepastian suatu jenis kayu dalam kaitan dengan penggunaan di bagian struktur tertentu.
g. Kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan kayu adalah suatu ukuran kekuatan kayu dalam menahan gaya yang membuat lekukan dan takik pada kayu, juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menahan abrasi.
1.3.3. Sifat Kimia
Komponen kimia di dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena akan menentukan penggolongan jenis kayu, di mana penggolongan ini akan menentukan golongan dari kayu tersebut.
Pada umumnya komponen kimia kayu terdiri dari tiga unsur :
a. unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
b. unsur non karbohidrat terdiri dari lignin
c. unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan (zat ekstraktif) Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder, sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primerdan zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu.
1). Selulosa
Selulosa adalah bahan kristalin untuk membangun dinding-dinding sel. Bahan dasar selulosa adalah glukosa, gula bermartabat enam. Molekul-molekul glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam susunan menjadi selulosa.
2). Lignin
Lignin merupakan bagian yang bukan karbohidrat, sebagai persenyawaan kimia yang sangat sederhana, tidak berstruktur, bentuk amorf. Dinding sel tersusun oleh suatu rangka molekul selulosa yang antara lain terdapat lignin, di mana kedua bagian ini merupakan suatu kesatuan yang menyebabkan dinding sel menjadi kuat. Kadar lignin
dalam kayu gubal lebih tinggi daripada dalam kayu teras.
3). Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah semacam selulosa berupa persenyawaan dengan molekul-molekul besar yang bersifat karbohidrat. Hemiselulosa dapat tersusun oleh gula yang bermartabat lima (disebut pentosan) atau gula bermartabat enam (disebut hexosan). Zat-zat ini terdapat sebagai bahan pembentuk dinding-dinding sel dan juga sebagai bahan zat cadangan.
4). Zat ekstraktif
Zat ekstraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Zat ekstraktif memilik arti penting dalam kayu karena :
- Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa suatu jenis kayu.
- Dapat digunakan untuk mengenal suatu jenis kayu.


5). Abu
Di samping persenyawaan-persenyawaan organik, di dalam kayu masih ada beberapa zat organik yang disebut bagian-bagian abu. Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 – 1 % dari berat kayu.

C.      FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PENGGUNAAN KAYU
Kerusakan pada kayu terjadi karena tindakan-tindakan atau karena keadaan yang mengakibatkan :
a.Kekuatan kayu menurun
b.Harga kayu menurun
c.Mutu dan nilai pakai kayu berkurang atau kayu sama sekali tak terpakai.
-Faktor- faktor perusak kayu
Menurut asalnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
  • Secara alam dari pohon itu sendiri selama proses tumbuh
  • Yang berasal dari luar
Faktor perusak yang datang dari luar dua pula macamnya, yaitu :
  • Oleh makhluk hidup (biologis)
  • Oleh bukan makhluk hidup (non biologis)
Ada 3 macam, yang diakibatkan oleh makhluk hidup yaitu :

1.Oleh serangga
2.Oleh jamur/cendawan (fungi)
3.Oleh cacing laut (marine borers)


Yang diakibatkan oleh bukan makhluk hidup dibagi 3, yaitu :

1.Oleh faktor fisik, misalnya : udara, cahaya, air, panas, api dan lain sebagainya
2.Oleh faktor mekanik, misalnya : pukulan, gesekan, tekanan dan lain sebagainya
3.Oleh faktor kimia, misalnya : asam dan basa
Dalam memilih jenis kayu supaya cocok dengan penggunaannya diperlukan beberapa pedoman yang memenuhi syarat teknis dan syarat eknomis. Memilih jenis kayu merupakan faktor yang berpengaruh dalam penggunaan kayu.
A.         FAKTOR KEAWETAN KAYU
Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu tertentu terhadap berbagai faktor perusak kayu. Daya tahan kayu (Keawetan kayu) dipegaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1.    faktor biologis seperti jamur, serangga (rayap dan bubuk kayu kering) dan beberapa jenis binatang pemakan kayu,
2.    faktor fisika seperti kelembaban udara, sinar matahari, angin, air dan suhu sedangkan faktor kimia seperti basa/alkali dengan pH > 11 dapat menurunkan kekuatan kayu tapi bila pH < 11 justru dapat melindungi kayu dari serangan jamur, asam sendawa  5 %  pada konsentrasi dan suhu tinggi dapat merusak semua jenis kayu, asam belerang konsentrasi 96 % dapat menyebabkan kayu jadi arang, untuk membantu kayu dari asam maka dapat dilapisi oleh parafin, karet, aspal atau damar buatan, garam pada umumnya hanya dapat menghisap kadar air kayu sehingga kayu mengalami penyusutan,
3.    faktor berat jenis kayu, umur pohon kayu sebelum dipanen (dipabrikasi),
4.    faktor pengaruh zat ekstraktif yang dikandung kayu bersifat positif karena sebagai fungisida atau insektisida (zat fenol, zat terpene, zat saponin, zat flavonoid dan zat tanin), sedangkan faktor pengaruh zat tepung atau sejenis zat gula yang dikandung kayu bersifat negatif karena kayu mudah diserang oleh binatang pemakan kayu,
5.    faktor mekanis dan lain - lain.
B. FAKTOR KELAS KAYU
1.   Kelas awet Kayu Terhadap Alam
Menurut sumber dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan RI, tahun 1996, bahwa;
NO.
KELAS AWET KAYU PADA STRUKTUR KONSTRUKSI
KELAS     
I
KELAS     
II
KELAS    
III
KELAS   
IV
KELAS   
V
1
Selalu berhubungan dengan tanah lembab
8 tahun
5 tahun
3 tahun
1 - 2 tahun
1 - 2 tahun
2
Hanya terbuka terhadap angin dan iklim tetapi dilindungi terhadap pemasukan air dan kelemasan
20 tahun
15 tahun
10 tahun
4 - 7 tahun
1 - 2 tahun
3
Dibawah atap tidak berhubungan dengan tanah lembab dan dilindungi terhadap kelemasan
Lebih 50 tahun
Lebih 50 tahun
20 - 70 tahun
4 - 7 tahun
2 - 3 tahun
4
Dibawah atap tidak berhubungan dengan tanah lembab dan dilindungi terhadap kelemasan tetapi dipelihara yang baik, selalu dicat dan sebagainya
Lebih 50 tahun
Lebih 50 tahun
Lebih 50 tahun
20 tahun
20 tahun
5
Terkena serangan oleh rayap
Ham-pir Tidak ada
Jarang
Ku-rang 3 tahun
Ku-rang 2 tahun
Ku-rang 1 tahun
6
Terkena serangan oleh bubuk kayu kering
Ham-pir Tidak ada
Tidak ada
Jar-ang
Ku-rang 5 tahun
Ku-rang 1 tahun
1.   Kelas Kuat Kayu

KELAS KUAT KAYU
BERAT JENIS KERING UDARA dalam kg/cm2
KUKUH LENTUR MUTLAK dalam kg/cm2
KUKUH TEKANAN MUTLAK dalam kg/cm2
I
> 0.90
> 1100
> 650
II
0.90 - 0.60
1100 - 725
650 - 425
III
0.60 – 0.40
725 - 500
425 - 300
IV
0.40 – 0.30
500 - 360
300 - 215
V
< 0.30
< 360
< 215
Angka-angka tersebut di atas hanya berlaku di daerah - daerah tropika, sedangkan di  daerah pegunungan dengan iklimnya yang lebih sejuk keawetan kayu lebih tinggi. Pada umumnya dalam dunia international hanya dipergunakan 3 (tiga) tingkat kelas awet: Kelas Awet  DURABLE (PRIMARY) WOODSPESIES, Kelas Awet  SEMIDURABLE (SECONDARY), Kelas Awet  GENERAL UTILITY

2.   Kelas Kayu Pilihan

KELAS PILIHAN KAYU
PENGOLAHAN / PENGERJAAN KAYU
VISUAL / TINGKAT KERETAKAN  KAYU
KEADAAN SUSUT / MUAI KAYU
I
MUDAH
SEDIKIT
SEDIKIT
II
SEDANG
SEDANG
SEDANG
III
SUKAR
BESAR/KUAT
BESAR/KUAT

D.     CARA PENGERINGAN DAN PENGAWETAN KAYU
D.1 Metode Pengeringan kayu
Secara umum ada 2 metode dalam pengeringan kayu yakni: Metode pengeringan secara alami dan metode pengeringan buatan/kiln drying (Dodong Budianto,1996).
D.1.1 Metode Pengeringan Kayu Secara Alami
Metode pengeringan kayu secara alami adalah suatu metode pengeringan dimana unsur–unsur alam memegang peranan penting. Unsur unsur tersebut meliputi panas yang berasal dari matahari, sirkulasi udara, dan kelembapan relatif udara.
-Keuntungan;
·         Keuntungan pengeringan secara alami adalah tidak memerlukan biaya dan peralatan yang mahal.
·         Hasil pengeringan secara alami mengalami cacat retak dan pecah yang lebih sedikit.
·         Pelaksanaannya lebih mudah, tanpa memerlukan tenaga ahli
·         Pengeringan dengan tenaga alam/udara (matahari)
·         Kapasitas dan sortimen (ukuran) kayu tidak terbatas
Kelemahan:  
·         Waktu yang diperlukan cukup lama (tergantung cuaca)
·         Memerlukan areal/lapangan yang cukup luas
·         Memerlukan persediaan kayu lebih banyak cacat-cacat yang  timbul sulit diperbaiki kembali
·         Kadar air akhir umumnya masih cukup tinggi
D.1.2 Metode Pengeringan Buatan (Kiln drying):
Pengeringan ini merupakan lanjutan hasil perkembangan pengeringan udara. Dengan kemajuan dan perkembangan teknologi modern, meningkatnya permintaan akan kayu berkualitas tinggi, maka timbul usaha pengeringan buatan antara lain dengan tungku tenaga listrik, gas, limbah kayu, batu bara, dll.
-Keuntungan:
·         Waktu pengeringan sangat singkat
·         Kadar air akhir dapat diatur sesuai dengan keinginan, disesuaikan dengan tujuan penggunaan kelembaban udara (RH), temperatur dan sirkulasi udara dapat diatur sesuai dengan jadwal pengeringan
·         Terjadinya cacat kayu dapat dihindari dan beberapa jenis kayu dapat diperbaiki
·         Kontinuitas produksi tidak terganggu dan tidak diperlukan persediaan kayu yang banyak
·         Tidak membutuhkan tempat yang luas
·         Kualitas hasil jauh lebih baik.
-Kelemahan:
·         Memerlukan investasi/modal yang besar
·         Memerlukan tenaga ahli pengalaman
·         Sortimen (ukuran) kayu yang akan dikeringkan tertent
·         Bentuk busur (bowing): perubahan bentuk melengkung pada arah memanjang kayu
·         Menggelinjang (twist)
·         Perubahan bentuk penampang kayu (diamonding)
D.2 Metode pengawetan kayu
Ialah daya tahan kayu terhadap serangan-serangan serangga dan cendawan. Pada beberapa jenis kayu tahan terhadap serangan tersebut, akan tetapi banyak jenis kayu yang tidak tahan sehingga bila dipakai untuk bangunan tidak akan tahan lama. untuk jenis kayu yang terakhir ini biasanya dilalukan dengan proses pengawetan.
-Tujuan pengawetan kayu:
a. Agar bangunan tahan lama
b. Agar kayu tidak lekas lapuk
c. Agar kayu kurang tahan awet dapat dipakai
-Pengawetan biasanya dilakukan dengan cara:
a. Dilir
b. Diarangkan
c. Dicat
d. Direndam dalam air
e. Dimasuki zat pengawet
         
Pada cara pengawetan dengan memasukkan zat pengawet maka syarat-syarat zat pengawet itu yaitu:
a. Mudah dimasukkan ke dalam kayu
b. Beracun tetapi tidak bebahaya terhadap manusia
c. Permanen, tidak lentur, tidak menguap kena panas
d. Tidak beraksi terhadap zat kayunya
e. Tidak mudah terbakar
f. Cepat kering dan mudah dicat

E.      TEKNIK DAN HAL-HAL DALAM PENYAMBUNGAN KAYU
E.1.1 Pengertian Sambungan Dan Hubungan Kayu
          Panjang kayu yang ada di pasaran sangatlah terbatas sedangkan dalam suatu konstruksi membutuhkan kayu yang cukup panjang. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut adanya penyambungan.
Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling disambungkan satu sama lain sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang. Sambungan dapat berupa batang mendatar maupun tegak. Sambungan panjang mendatar digunakan untuk menyambung balok gording, balok tembok, balok bubungan dan sebagainya. Sedangkan sambunga tegak lurus digunakan untuk menyambung tiang-tiang penyangga.
Hubungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling dihubungkan satu sama lain pada satu titik tertentu sehingga satu benda atau bagian konstruksi.
E.1.2 Macam-macam hubungan kayu
          Berdasarkan cara penyambungan secara garis besarnya hubungan kayu di bagi atas tiga macam yaitu:
1. Sambungan kayu memanjang
          Sambungan kayu kearah memanjang terdiri dari :
a. Sambungan bibir lurus dada tegak,





b. Sambungan bibir lurus dada miring,
c. Sambungan bibir lurus mulut ikan ,

d. Sambungan bibir lurus berkait,
e. Sambungan bibir miring tanpa kait dada tegak,
f. Sambungan bibir miring tanpa kait dada serong,


g. Sambungan bibir miring berkait,
h. Sambungan memanjang tegak ½ tebal kayu,
i. Sambungan memanjang tegak 1/3 tebal kayu,


j. Sambungan memanjang tegak bentuk tirus,
k. Sambungan memanjang tegak pen silang,
l. Sambungan memanjang tegak dengan mulut ikan.
         

E.1.2.2 Sambungan kayu melebar
          Sambungan ini digunakan untuk lantai, dinding, pintu klam dan sebagainya. Bentuk dan macam-macam sambungan kayu melebar adalah sebagai berikut:
a.    Sambungan dengan alur dan lidah,
b. Sambungan dengan alur dan lidah lepas,
c. Sambungan dengan alur dan lidah dengan sponning,


d. Sambungan dengan alur dan lidah dengan tutup celah,
e. Sambungan dengan alur dan lidah dengan profil,
f. Sambungan dengan alur dan lidah miring dengan pemakuan terbenam.



3.  Sambungan kayu menyudut
     Sambungan kayu menyudut atau yang sering kali disebut dengan hubungan kayu banyak digunakan pada pembuatan konstruksi kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela, rangka atap, tangga, lantai maupun untuk sudut kotak (peti). Bentuk konstruksi yang digunakan dapat bermacam-macam.
A. Hubungan kayu dengan setengah tebal kayu
A.1 Coakan setengah tebal kepala terbuka
A.2 Coakan setengah tebal kepala tertutup
A.3 Coakan setengah tebal dengan verstek 45°
B. Hubungan kayu dengan ekor burung
B.1 Hubungan ekor burung terbuka tembus
B.2 Hubungan ekor burung terbuka tidak tembus



B.3 Hubungan ekor burung tertutup
B.4 Hubungan ekor burung tertutup tidak rata sisinya.
C. Hubungan dengan pen dan lobang
C.1 Hubungan pen dan lobang terbuka

C.2 Hubungan pen dan lobang terbuka dengan gigi,
C.3 Hubungan pen dan lobang tembus
C.4 Hubungan pen dan lobang dengan spatpen



C.5 Hubungan pen dan lobang dengan spatpen + sponing
C.6 Hubungan pen dan lobang dengan spatpen + lis dan alur
C.7 Hubungan pen dan lobang dengan gigi tegak


C.8 Hubungan pen dan lobang dengan gigi garis bagi
C.9 Hubungan pen dan lobang dengan gigi tumit
C.10 Hubungan pen dan lobang dengan gigi dobel (ganda)


D. Sambungan sudut rangka kuda-kuda
D.1 Sambungan Batang Tarik dengan Kaki Kuda-kuda







D.2 Sambungan Kaki Kuda-kuda dengan Sekur






D.3 Sambungan Kaki Kuda-kuda dengan Tiang Penggantung



D.4 Sambungan antara Balok Tarik, Tiang Penggantung dengan Sekur









F.       SPESIFIKASI TEKNIS  KAYU
  1. Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.
  1. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.

  1. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.
  1. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
  1. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
  1. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, l icin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
  1. Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.

  1. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemuncula n riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
  1. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
  1. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
    1. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu.
    2. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
  2. Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
  1. Daya Hantar Listrik
  2. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.