A.
LATAR BELAKANG
Tanah
dasar merupakan pondasi bagi perkerasan baik perkerasan yang terdapat pada alur
lalu-lintas maupun bahu. Dengan demikian tanah dasar merupakan konstruksi
terakhir yang menerima beban kendaraan yang disalurkan oleh perkerasan. Pada
kasus yang sederhana tanah dasar dapat terdiri atas tanah asli tanpa perlakuan
sedangkan pada kasus lain yang lebih umum, tanah dasar terdiri atas tanah asli
pada galian atau bagian atas timbunan yang dipadatkan.
Tanah
dasar sebagai pondasi perkerasan disamping harus mempunyai kekuatan atau daya
dukung terhadap beban kendaraan, maka tanah dasar juga harus mempunyai stabilitas
volume akibat pengaruh lingkungan terutama air. Tanah dasar yang mempunyai kekuatan
dan stabilitas volume yang rendah akan mengakibatkan perkerasan mudah mengalami
deformasi dan retak. Perkerasan yang dibangun pada tanah dasar yang lemah dan mudah
dipengaruh lingkungan akan mempunyai umur pelayanan yang pendek.Sebagai
prasarana transportasi darat, perkerasan harus mempunyai permukaan yang selalu
rata dan kesat, agar para pengguna jalan dapat merasa nyaman dan aman (safe).
Karena dibangun pada tanah dasar, maka kinerja perkerasan akan sangat
dipengaruhi oleh mutu tanah dasar. Dengan dituntutnya perkerasan yang harus
selalu mempunyai permukaan yang rata, maka persyaratan utama yang harus
dipenuhi tanah dasar adalah tidak mudah mengalami perubahan bentuk. Tanah dasar
yang mengalami perubahan bentuk, baik akibat beban lalu-lintas maupun cuaca,
akan mengakibatkan perkerasan mengaiami kerusakan seperti bergelombang, alur
dan terjadi penurunan .
Selain
itu Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersedimentasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat)disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di
antara partikel-partikel padat tersebut.Pada umumnya tanah dapat disebut
sebagai kerikil, pasir, lanau atau lempung, tergantung pada ukuran partikel
yang paling dominan.Tanah bangunan sebagai bahan bangunan pada berbagai macam
pekerjaan teknik sipil, disamping itutanah berfungsi juga sebagai pendukung
pondasi dari bangunan.Karena itu penting bagi seorang ahli teknik sipil untuk
memperoleh pengetahuan yang memadai dan memahami kondisi alam serta sifat tanah
yang digunakan untuk bangunan.
1.1 Pengertian
Tanah
Tanah
didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersedimentasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat)disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di
antara partikel-partikel padat tersebut.Pada umumnya tanah dapat disebut
sebagai kerikil, pasir, lanau atau lempung, tergantung pada ukuran partikel
yang paling dominan.Tanah bangunan sebagai bahan bangunan pada berbagai macam
pekerjaan teknik sipil, disamping itutanah berfungsi juga sebagai pendukung
pondasi dari bangunan.Karena itu penting bagi seorang ahli teknik sipil untuk
memperoleh pengetahuan yang memadai dan memahami kondisi alam serta sifat tanah
yang digunakan untuk bangunan.
Tanah
merupakan bagian yang penting untuk berdirinya suatu bangunan, jalan raya,atau
struktur lain yang berhubungan dengan ketekniksipilan. Sering kali suatu
konstruksi mengalami kerusakan karena permasalahan yang terjadi pada tanah.
Permasalahan ini tidak hanya terbatas pada penurunan saja tetapi mencakup
secara menyeluruh, misalnya adanya pengembangan tanah, Ketidakstabilan dll.
Oleh karena itu, analisa tentang tanah sangat dibutuhkan untuk mengetahui jenis
tanah yang ada di lapangan dan akan dijadikan acuan untuk perbaikan struktur
bawah jalan.
Kondisi
tanah dasar yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas konstruksi diatasnya.
Terutama pada konstruksi jalan yang notabene dengan lalu lintas kendaraan
setiap hari. Tentunya hal ini membutuhkan sebuah konstruksi yang bisa menyokong
beban yang ada diatasnya. Pada proyek akhir ini di beberapa ruas jalan
mengalami kerusakan yang diakibatkan adannya daya dukung tanah dasar yang
kurang baik. Sehingga konstruksi jalan menjadi cepat rusak dan menjadikan jalan
tidak nyaman untuk digunakan sebagai sarana transportasi.Apabila terjadi
kerusakan pada jalan maka kita harus memperbaikinya dan merawatnya.
1.2 Kerusakan
– Kerusakan Permukaan Jalan
Faktor
kerusakan jalan sangat beragam, seperti faktor kerusakan konstruksi lain pada
umunya. Secara teori jalan rusak karena beban. Kerusakan jalan agak berbeda
dengan kerusakan bangunan sipil lainnya, seperti jembatan. Pada jembatan,
misalnya, jika dibebankan dengan beban yang lebih besar dari batas maksimum,
maka jembatan akan langsung ambruk. Pada jalan, kerusakan disebabkan repetisi
atau pengulangan beban. Artinya beban kendaraan berat sekali lewat mungkin
tidak akan menyebabkan kerusakan jalan. Tetapi jika terus menerus jalan akan
mengalami kerusakan. Artinya kerusakan jalan adalah disebabkan “kelelahan”
akibat beban berulang.
Hampir
semua jalan menggunakan campuran agregat batu pecah dan aspal. Musuh utama
aspal adalah air, karena air bisa melonggarkan ikatan antara agregat dengan
aspal.Kerusakan yang umum terjadi di jalan-jalan kota adalah adanya air yang
menggenangi permukaan jalan. Pada saat ikatan aspal dan agregat longgar karena
air, kendaraan yang lewat akan memberi beban yang akan merusak ikatan tersebut
dan permukaan jalan pada akhirnya.Tipikal kerusakan karena pengaruh air adalah
lubang. Sekali lubang terbentuk maka air akan tertampung di dalamnya sehingga
dalam hitungan minggu lubang yang semula akan membesar dengan cepat. Itulah
sebabnya kerusakan jalan sering dikatakan bersifat eksponensial.
Tipikal
kerusakan karena pengaruh air adalah lubang. Sekali lubang terbentuk maka air
akan tertampung di dalamnya sehingga dalam hitungan minggu lubang yang semula
akan membesar dengan cepat. Itulah sebabnya kerusakan jalan sering dikatakan
bersifat eksponensial.Ketika ikatannya longgarpun, sebenarnya tidak masalah
kalau tidak ada beban.Namun, ketika ikatannya longgar lalu ada kendaraan lewat,
inilah yang mengawali kerusakan.Awalnya muncul lubang kecil, kecil tadi semakin
membesar. Hubungan kerusakan jalan terhadap waktu terjadi secara eksponensial.
Sebenarnya, ketika jalan didesain, ia harus kuat terhadap beban lalu lintas.
Umur rencana 5 tahun umumnya diterapkan untuk jalan baru. Jalan yang rusak
karena beban biasanya bercirikan retak dan kadang disertai dengan ambles.
Tanah
merupakan bagian yang penting untuk berdirinya suatu bangunan, jalan raya,atau
struktur lain yang berhubungan dengan ketekniksipilan. Sering kali suatu
konstruksi mengalami kerusakan karena permasalahan yang terjadi pada tanah.
Permasalahan ini tidak hanya terbatas pada penurunan saja tetapi mencakup
secara menyeluruh, misalnya adanya pengembangan tanah, Ketidakstabilan dll.
Oleh karena itu, analisa tentang tanah sangat dibutuhkan untuk mengetahui jenis
tanah yang ada di lapangan dan akan dijadikan acuan untuk perbaikan struktur
bawah jalan
Penanganan
kontruksi perkerasan apakah itu bersifat pemeliharaan, penunjang, peningkatan,
ataupun rehabilitasi dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan-kerusakan
yang timbul pada perkerasan tersebut dievaluasi mengenai penyebab dan akibat
mengenai kerusakan tersebut.Besarnya pengaruh suatu kerusakan dan langkah
penanganan selanjutnya sangat tergantung dari evaluasi yang dilakukan oleh si
pengamat,oleh karena itu si pengamat haruslah orang yang benar-benar menguasai
jenis dan sebab serta tingkat penanganan yang dibutuhkan dari
kerusakan-kerusakan yang timbul.
Kinerja
perkerasan merupakan fungsi dari kemampuan relatifnya untuk melayani jumlah
arus lalu lintas pada suatu periode masa tertentu sesuai dengan umur rencana.Diperlukan
suatu mekanisme pengukuran yang dapat menggambarkan kondisinya pada suatu saat
tertentu sehingga dapat dipergunakan antara lain program pemeliharaan dan
perbaikan.Pengukuran menggunakan system obyektif yang dapat digunakan untuk
mengkuantifikasi kondisi perkerasan dan kinerja.Sitem ini digunakan untuk
membantu dalam menetapkan beberapa jenis keputusan atau jenis perlakuan yang
akan dilakukan (Hick and Mahoney,1981)
dalam upaya mempertahankan tingkat layanan yang diharapkan.Keputusan atau penetapan
yang dapat diambil adalah sebagaimana diuraikan berikut ini :
1. Menetapkan
prioritas pemeliharaan.Jenis dan kondisi data seperti kekasaran permukaan,
kerusakan permukaan, dan lendutan digunakan untuk menentukan dan menetapkan
program kegiatan atau segmen jalan yang sangat memerlukan tindakan pemeliharaan
dan peningkatan.Setelah seluruh jenis dan kondisi diperoleh dan dapat
diidentifikasi,berdasarkan temuan tersebut dapat ditetapkan segmen-segmen jalan
yang rusak dan evaluasi lebih lanjut untuk mempertimbangkan dan memilih
strategi perbaikan yang diperlukan dan tepat sasaran.
2. Memperhitngkan
strategi pemeliharaan dan perbaikan.Data dari survey kerusakan perkerasan
digunakan untuk melaksanakan kegiatan fisik berbasis program tahunan,seperti
strategi yang tepat untuk dilaksanakan sebagai bagian perbaikan
(penambalan,pelapisan ulang atau pendaur ulangan)dan dilaksanakan sesuai dengan
kondisi perkerasan yang dihadapi.
3. Perkiraan
kinerja perkerasan.Data yang telah diperoleh seperti kekasaran permukaan,atau
kombinasi peringkat berdasarkan prakiraan untuk masa mendatang yang dapat
digunakan dalam kaitan dengan mempermudah atau membantu dalam penyiapan dan
lokasi dana yang dibutuhkan,atau dapat juga digunakan untuk memperkirakan
kondisi jaringan jalan untuk sesuai dengan lokasi dana terttentu yang tersedia.
Kerusakan
pada perkerasan kontruksi jalan dapat disebabkan oleh:
1. Lalu
lintas yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
2. Air
yang dapat berasal dari air hujan,system drainase jalan yang tidak baik,naiknya
air dengan sifat kapilaritas.
3. Material
konstruksi perkerasan.Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu
sendiri atau dapat pula disebabkan oleh system pengolahan yang tidak baik.
4. Iklim
Indonesia beriklim tropis,dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi,yang
dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi
tanah dasar yang tidak stabil.Kemungkinan disebabkan oleh system pelaksanaan
yang kurang baik,atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasar yang memang
jelek.
6. Proses
pemadatan diatas lapisan tanah dasar yang kurang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar